KELOMPOK 7
Tugas Kedua :
1.
Jelaskan
perkembangan perdagangan Luar Negeri 25 Tahun terakhir dan buatlah dalam bentuk
tabel.
Jawab :
·
Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia
Sejak tahun 1987 ekspor Indonesia mulai didominasi oleh komoditi
non migas dimana pada tahun-tahun sebelumnya masih didominasi oleh ekspor
migas. Pergeseran ini terjadi setelah pemerintah mengeluarkan serangkaian
kebijakan dan deregulasi di bidang ekspor, sehingga memungkinkan produsen untuk
meningkatkan ekspot non migas. Pada tahun 1998 nilai ekspor non migas telah
mencapai 83,88% dari total nilai ekspor Indonesia, sementara pada tahun 1999
peran nilai ekspor non migas tersebut sedikit menurun, menjadi 79,88% atau
nilainya 38.873,2 juta US$ (turun 5,13%). Hal ini berkaitan erat dengan krisis
moneter yang melanda indonesia sejak pertengahan tahun 1997.
Tahun 2000 terjadi peningkatan ekspor yang pesat, baik untuk total
maupun tanpa migas, yaitu menjadi 62.124,0 juta US$ (27,66) untuk total ekspor
dan 47.757,4 juta US$ (22,85%) untuk non migas. Namun peningkatan tersebut
tidak berlanjut ditahun berikutnya. Pada tahun 2001 total ekspor hanya sebesar
56.320,9 juta US$ (menurun 9,34%), demikian juga untuk eskpor non migas yang
menurun 8,53%. Di tahun 2003 ekspor mengalami peningkatan menjadi 61.058,2 juta
US$ atau naik 6,82% banding eskpor tahun 2002 yang sebesar 57.158,8 juta US$.
Hal yang sama terjadi pada ekspor non migas yang naik 5,24% menjadi 47.406,8
juta US$. Tahun 2004 ekspor kembali mengalami peningkatan menjadi 71.584,6 juta
US$ (naik 17,24%) demikian juga ekspor non migas naik 18,0% menjadi 55.939,3
juta US$. Pada tahun 2006 nilai ekspor menembus angka 100 juta US$ menjadi
100.798,6 juta US$ atau naik 17,67%, begitu juga dengan ekspor non migas yang
naik 19,81% dibandingkan tahun 2005 menjadi 79.589,1 juta US$.
Selama lima tahun terakhir, nilai impor Indonesia menunjukkan
trend meningkat rata-rata sebesar 45.826,1 juta US$ per tahun. Pada tahun 2006,
total impor tercatat sebesar 61.065,5 juta US$ atau meningkat sebesar 3.364,6
juta US$ (5,83%) dibandingkan tahun 2005. Peningkatan ini disebabkan oleh
meningkatnya impor migas sebesar 1.505,2 juta US$ (8,62%) menjadi 18.962,9 juta
US$ dan non migas sebesar 1.859,4 juta US$ (4,62%) menjadi 42.102,6 juta US$.
Pada periode yang sama, peningkatan impor terbesar 54,15% dan non migas sebesar
39,51%.
Dilihat dari kontribusinya, rata-rata peranan impor migas terhadap
total impor selama lima tahun terakhir mencapai 26,15% dan non migas sebesar
73.85% per tahun. Dibandingkan tahun sebelumnya, peranan impor migas meningkat
dari 30,26% menjadi 31,05% di tahun 2006. Sedangkan peranan impor non migas
menurun dari 69,74% menjadi 68,95%.
Perkembangan
Nilai Ekspor dan Impor (juta US$), 1980-2006
|
|||||||
Tahun
Non Migas Migas Total
|
|||||||
Tahun
|
Ekspor
|
Impor
|
Ekspor
|
Impor
|
Ekspor
|
Impor
|
|
1980
|
6.168,8
|
9.090,4
|
17.781,6
|
1.744,0
|
23.950,4
|
10.834,4
|
|
1981
|
4.501,3
|
11.550,8
|
20.663,2
|
1.721,3
|
25.164,5
|
13.272,1
|
|
1982
|
3.929,0
|
13.314,1
|
18.399,3
|
3.544,8
|
22.328,3
|
16.858,9
|
|
1983
|
5.005,2
|
12.207,0
|
16.140,7
|
4.144,8
|
21.145,9
|
16.351,8
|
|
1984
|
5.869,7
|
11.185,3
|
16.018,1
|
2.696,8
|
21.887,8
|
13.882,1
|
|
1985
|
5.868,9
|
8.983,5
|
12.717,8
|
1.275,6
|
18.586,7
|
10.259,1
|
|
1986
|
6.528,4
|
9.632,0
|
8.276,6
|
1.086,4
|
14.805,0
|
10.259,1
|
|
1987
|
8.579,6
|
11.302,4
|
8.556,0
|
1.067,9
|
17.135,6
|
12.370,3
|
|
1988
|
11.536,9
|
12.339,5
|
7.681,6
|
909,0
|
19.218,5
|
13.248,5
|
|
1989
|
13.480,1
|
15.164,4
|
8.678,8
|
1.195,2
|
22.158,9
|
13.248,5
|
|
1990
|
14.604,2
|
19.916,6
|
11.071,1
|
1.920,4
|
25.675,3
|
21.837,0
|
|
1991
|
18.247,5
|
23.558,5
|
10.894,9
|
2.310,3
|
29.142,4
|
25.868,8
|
|
1992
|
23.296,1
|
25.164,6
|
10.670,9
|
2.115,0
|
33.967,0
|
27.279,6
|
|
1993
|
27.077,2
|
26.157,2
|
9.745,8
|
2.170,6
|
36.823,0
|
31.983,5
|
|
1994
|
30.359,8
|
29.616,1
|
9.693,6
|
2.367,4
|
40.053,4
|
31.983,5
|
|
1995
|
34.953,6
|
37.717,9
|
10.464,4
|
2.910,8
|
45.418,0
|
40.628,7
|
|
1996
|
38.093,0
|
39.333,0
|
11.721,8
|
3.595,5
|
49.814,8
|
42.928,5
|
|
1997
|
41.821,1
|
37.755,7
|
11.622,5
|
3.924,1
|
53.443,6
|
41.679,8
|
|
1998
|
40.975,5
|
24.683,2
|
7.872,1
|
2.653,7
|
48.847,6
|
27.336,9
|
|
1999
|
38.873,2
|
20.322,2
|
9.792,2
|
3.681,1
|
48.665,4
|
24.003,3
|
|
2000
|
47.757,4
|
27.495,3
|
14.366,6
|
6.019,5
|
62.124,0
|
33.514,8
|
|
2001
|
43.684,6
|
25.490,3
|
12.636,3
|
5.471,8
|
56.320,9
|
30.962,1
|
|
2002
|
45.046,1
|
24.763,1
|
12.112,7
|
6.525,8
|
57.158,8
|
31.288,9
|
|
2003
|
47.406,8
|
24.939,8
|
13.651,4
|
7.610,9
|
61.058,2
|
32.550,7
|
|
2004
|
55.939,3
|
34.792,5
|
15.645,3
|
11.732,0
|
71.584,6
|
46.524,5
|
|
2005
|
66.428,4
|
40.243,2
|
19.231,6
|
17.457,7
|
71.584,6
|
57.700,9
|
|
2006
|
79.589,1
|
42.102,6
|
21.209,5
|
18.962,9
|
100.798,6
|
61.065,5
|
|
·
Kondisi
Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun
1983. Sejak saat itu, ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi
seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri
substitusi impor ke industri promosi ekspor. Konsumen dalam negeri membeli
barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik, menjadi sesuatu
yang sangat lazim. Persaingan sangat tajam antar berbagai produk. Selain harga,
kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008
mencapai 118,43 juta US$ atau meningkat 26,92% dibanding periode yang sama
tahun 2007, sementara ekspor non migas mencapai 92,26 juta US$ atau meningkat
21,63%. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta
hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-masing 34,65%,
21,04%, dan 21,57% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan barang
memberikan kontribusi 58,8% terhadap total ekspor non migas. Kesepuluh golongan
tersebut adalah, lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin atau
peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat
mekanik. Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu logam, kertas atau karton,
pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan barang dari kayu, serta timah.
Selama periode Januari-Oktober 2008, ekspor dari 10 golongan
barang tersebut memberikan kontribusi sebesar 58,80% terhadap total ekspor non
migas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut meningkat
27,71% terhadap periode yang sama tahun 2007. Sementara itu, peranan ekspor non
migas di luar 10 golongan barang pada Januari-Oktober 2008 sebesar 41,20%.
Jepang pun masih merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan
nilai US$11,80 juta (12,80%), diikuti Amerika Serikat dengan nilai 10,67 juta
US$ (11,57%), dan Singapura dengan nilai 8,67 juta US$ (9,40%).
Peranan dan perkembangan ekspor non migas Indonesia menurut sektor
untuk periode Januari-Oktober tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat
pada. Ekspor produk pertanian, produk industri serta produk pertambangan dan
lainnya masing-masing meningkat 34,65%, 21,04%, dan 21,57%.
Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan
Januari-Oktober 2008, kontribusi ekspor produk industri adalah sebesar 64,13%,
sedangkan kontribusi ekspor produk pertanian adalah sebesar 3,31%, dan
kontribusi ekspor produk pertambangan adalah sebesar 10,46%, sementara
kontribusi ekspor migas adalah sebesar 22,10%.
Kendati secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan
meningkat, tak dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi
ekspor Indonesia semakin menurun. Sebut saja saat ekspor per September yang
sempat mengalami penurunan 2,15% atau menjadi 12,23 juta US$ bila dibandingkan
dengan Agustus 2008. Namun, secara year on year mengalami kenaikan sebesar
28,53%.
·
Kondisi Impor Indonesia Dewasa Ini
Keadaan impor di Indonesia tak selamanya dinilai bagus, sebab
menurut golongan penggunaan barang, peranan impor untuk barang konsumsi dan
bahan baku/penolong selama Oktober 2008 mengalami penurunan dibanding bulan
sebelumnya yaitu masing-masing dari 6,77% dan 75,65% menjadi 5,99% dan 74,89%.
Sedangkan peranan impor barang modal meningkat dari 17,58% menjadi 19,12%
. Sedangkan dilihat dari peranannya terhadap total impor non migas
Indonesia selama Januari-Oktober 2008, mesin per pesawat mekanik memberikan
peranan terbesar yaitu 17,99%, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar
15,15%, besi dan baja sebesar 8,80%, kendaraan dan bagiannya sebesar 5,98%,
bahan kimia organik sebesar 5,54%, plastik dan barang dari plastik sebesar
4,16%, dan barang dari besi dan baja sebesar 3,27%.
Selain itu, tiga golongan barang berikut diimpor dengan peranan di
bawah tiga% yaitu pupuk sebesar 2,43%, serealia sebesar 2,39%, dan kapas
sebesar 1,98%. Peranan impor sepuluh golongan barang utama mencapai 67,70% dari
total impor non migas dan 50,76% dari total impor keseluruhan.
Data terakhir menunjukkan bahwa selama Oktober 2008 nilai impor
non migas Kawasan Berikat (KB/kawasan bebas bea) adalah sebesar 1,78 juta US$.
Angka tersebut mengalami defisit sebesar US$9,3 juta atau 0,52% dibanding
September 2008.
Sementara itu, dari total nilai impor non migas Indonesia selama
periode tersebut sebesar 64,62 juta US$ atau 76,85% berasal dari 12 negara
utama, yaitu China sebesar 12,86 juta US$ atau 15,30%, diikuti Jepang sebesar
12,13 juta US$ (14,43%). Berikutnya Singapura berperan 11,29%, Amerika Serikat
(7,93%), Thailand (6,51%), Korea Selatan (4,97%), Malaysia (4,05%), Australia
(4,03%), Jerman (3,19%), Taiwan (2,83%), Prancis (1,22%), dan Inggris (1,10%).
Sedangkan impor Indonesia dari ASEAN mencapai 23,22% dan dari Uni Eropa 10,37%.
·
Manfaat Melakukan Ekspor Impor
Manfaat
perdagangan internasional adalah sebagai berikut.
ð Memperoleh
barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap negara. Faktor-faktor tersebut
diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain.
Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan
yang tidak diproduksi sendiri.
ð Memperoleh
keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar
negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi.
Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan
yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara
tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
ð Memperluas
pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak
menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena mereka
khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga
produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan
mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut keluar
negeri.
ð Transfer
teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan
suatu negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara
manajemen yang lebih modern.
·
Faktor Pendorong
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan
internasional, di antaranya sebagai berikut :
ð Untuk
memenuhi kebutuhan barang dan jasa
ð Adanya
kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk
tersebut. dalam negeri
ð Keinginan
memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
ð Adanya
perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah
sumber daya ekonomi
ð Adanya
perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan
jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya
keterbatasan produksi.
ð Adanya
kesamaan selera terhadap suatu barang.
ð Keinginan
membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.
ð Terjadinya
era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.
ð
Tidak ada komentar:
Posting Komentar